Sutradara merupakan orang yang sangat menentukan hasil sebuah film menarik atau tidak, bagus atau jelek, laris atau sepi di bioskop. Meski bukan hanya sutradara saja sebagai juru kunci keberhasilan sebuah produksi film. Ada divisi divisi lain yang juga perannya penting seperti D.O.P (Penata Kamera), Penata Artistik, sampai pada editor. semuanya itu dalam tiga tahapan , yaitu pra produksi, produksi dan paska produksi.
Seorang sutradara selain sebagai pencipta adegan, dia juga harus bisa memposisikan dirinya sebagai penghayal yang jenius, imajinatif, yang mampu memvisualisasikan naskah kedalam gambar yang bergerak. Hal ini menunutut proses kreatif seorang sutradara. Sutradara harus mampu memadukan pengadegan dengan gaya sinematografi agar tercipta visual yang menarik dan pesan dapat tersampaikan dengan baik.
Kemaren hari Kamis, 30 Oktober saya belajar banyak sama mas Danial Rifki, lulusan Institut Kesenian Jakarta ini berbagi seputar film yang sudah ia sutradarai, seperti La Tahzan, Anak - Anak Lumpur, dan yang paling fenomenal dan masih baru di bioskop yaitu "Haji Backpacker". Film yang konon menghabiskan dana hampir 11 M itu berhasil menjadi film terbesar yang pernah ia sutradarai. "Terbesar dari segala segi. Tingkat kesulitan , skala penggarapan, kedalaman cerita, teknik syuting yang akan ada animasi, fighting, dan drama yang haru biru," kata mas Danial di Meet & Greet yang diadakan oleh Jurusan Komunikasi & Penyiaran Islam di Convention Hall UIN Sunan Kalijaga kemarin. Dengan syuting di 9 tempat di negara berbeda, ini merupakan pengalaman yang luar biasa dan membuka wawasan dan cakrawala baru bagi mas Danial. China, Saudi Arabia, Thailand, India, hingga Iran merupakan beberapa latar syuting film yang termasuk kategori road movie ini. Hal ini tentu menjadi tantangan tersendiri kepada kru produksi termasuk beliau sebagai sutradara yang perannya sangat penting. Tiap negara punya tantangan masing-masing. Perbedaan cuaca, kondisi sosial, bahasa, dan budaya juga jadi kendala proses produksi.
Selain film Haji Backpacker yang berhasil ia sutradarai, film pendek "Anak - Anak Lumpur" juga menjadi salah satu film kebanggaannya. Terbukti film Tugas akhirnya itu berhasil meraih penghargaan bergengsi tingkat nasional maupun internasional. Salah satu yang paling membanggakan menurutnya adalah Kyoto International Student Film and Video Festival 2010 Award di Jepang.
Selain sebagai seorang sutradara, pria berkacamata ini juga aktif dalam kepenulisan naskah film. Bersama mas Jujur Prananto ia menulis film Haji Backpacker. Selain itu beberapa karya tulisnya di dunia film diantaranya My Idiot Brother (2014), Air Mata Terakhir Bunda (2013), Tanah Surga... Katanya (2012). Terbukti kamampuannya dalam menulis naskah film dan masuk nominasi di berbagai festival nasional dan Internasional. Seperti
Tanah Surga... Katanya, berhasil menghantarkan ia menjadi Penulis Cerita Asli Terbaik di Festival Film Indonesia tahun 2012 dan di Festival Film Bandung 2013 sebagai pemenang Penulis Skenario Terpuji.
Menurut Mas Danial menjadi seorang sutradara itu harus memiliki motivasi kuat dan visi yang kongkrit. Dibutuhkan riset yang mendalam, tidak hanya asal naskah jadi terus produksi. Hal ini tentu peran sutradara ada di berbagai tahapan produksi. "Pembuat yang baik dia selalu mempersembahkan yang berbeda" tambahnya. Termasuk dalam visualisasi, ide itu banyak sekali disekitar kita yang umumnya berasal dari artistic experience, pengalaman artistik sehari - hari kita. Contohnya sering kita menikmati sebuah pemandangan, lukisan, arsitektur, dan berbagai artistic experience lainnya. Itu bisa kita tuangkan kedalam film kita. Karena realisasi dari kehidupan yang nyata adalah visualisasi terbaik. Begitupun dalam blocking pemain, blocking yang kita lihat di kehidupan nyata kita tuangkan dalam film dengan sudut pandang kita yang melihat dan mengalami. Contohnya kita melihat seorang tukang parkir memarkirkan mobil, kita dapat melihat bagaimana di berdiri, posisinya seperti apa dan segala yang ia lakukan bisa kita ikuti ke dalam film kita. Tetapi kesemuanya itu bagaimana kemasan kita dalam mempersembahkan sesuai dengan visi dan motivasi kita. Film - film lain yang pernah kita tonton dan kita sukai juga bisa kita contek adegan dan sinematografinya dan dikemas dengan ide kreatif kita agar terlihat berbeda dan menarik. Hal ini juga berlaku dalam kepenulisan naskah film.
Kita sebagai seorang sutradara selain harus menciptakan proses kreatif, kita juga harus mempertimbangkan bisnis, karena bagaimanapun juga film itu adalah seni dan bisnis. Bagaimana caranya kita bisa menghadirkan film yang menjual dengan tidak melupakan aspek seni dalam film kita.
Terakhir mas Danial berpesan dan mengingatkan bahwasannya dalam terjun di dunia industri, yang di butuhkan bukan hanya skill, melainkan kita harus pintar - pintar menjalin networking. Minimal dalam satu komunitas tertentu kita punya satu kenalan. Hal ini akan mempermudah kita dalam menjalani kegiatan kita sebagai pelaku produksi. Demikian uraian yang dapat saya sampaikan mengenai meet & greet sama mas Danial Rifki kemarin, semoga bermanfaat :) (IRRUL)