Manfaat Filsafat dalam Pengembangan Dakwah

Perbedaan manusia dengan makhluk lainnya terletak pada kemampuan berpikir yang dimiliki oleh manusia. Manusia dengan akalnya mampu memikirkan berbagai hal yang terkait dengan ciptaan Tuhan dan bahkan mengenal Tuhannya. Dengan akal juga, manusia dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Untuk memaksimalkan fungsi akal yang ada pada diri manusia maka perlu diupayakan pengembangannya melalui proses pembelajaran filsafat. Di dalam keilmuan filsafat akan dijelaskan berbagai metode dalam berpikir, sejarah pemikiran, hakikat pemikiran dan manfaat pemikiran.
Mengingat filsafat merupakan kebutuhan dasar bagi setiap individu, maka sudah seharusnya filsafat juga diajarkan kepada para calon da’i agar mereka dapat memaksimalkan akalnya dalam mengembangkan aktivitas dakwah. Tantangan dakwah di masa depan semakin kompleks dan sophisticated. Tidak elok dan bahkan merugikan umat manakala para da’I tidak melakukan perubahan – perubahan dalam pengembangan dakwah. Padahal, masyarakat dari hari ke hari senantiasa mengalami perubahan dan perkembangan sesuai dengan tuntutan dan perkembangan zaman.
Da’I yang professional, salah satunya diukur dalam kemampuannya dalam menyampaikan materi dakwah. Bagaimana da’I mengemas materi dakwah yang mudah diterima, tidak membosankan, actual dan sesuai dengan kebutuhan mad’u, bukanlah perkara yang mudah. Da’I, disamping memiliki kamampuan dalam penguasaan bahasa dan komunikasi, juga dituntut untuk memiliki alur berpikir yang logis dan sistematis. Pada konteks inilah filsafat memiliki peran untuk membantu da’I dalam mengatur alur berpikir yang sesuai dengan kemampuan audiens. Bahkan, filsafat berperan dalam membantu para da’I dalam memahami materi dakwah yang lebih mendalam dan komprehensif.
Begitu juga, ketika da’I dihadapkan pada berbagai persoalan yang dihadapi oleh masyarakat, tentunya da’I perlu terlibat dalam memecahkan problematika tersebut. Da’I dituntut memiliki kemampuan dalam mengatasi berbagai persoalan kemasyarakatan. Oleh karenanya, da’I perlu blajar bagaimana menginventarisir masalah; memilah – milah masalah kedalam klasifikasi masalah teknis, masalah biasa, atau masalah strategis; serta bagaimana memecahkan masalah – masalah tersebut. Semua kemampuan tersebut bisa didapatkan apabila da’I diberikan pengetahuan tentang filsafat.
Sebagai contoh, seorang da’I yang hidup di satu perkampungan kecil dan jauh dari pusat pemerintahan. Da’I dihadapkan dengan problem ekonomi masyarakat yang amat memprihatinkana. Untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari sebanyak tiga kali saja, rakyat begitu berat. Apalagi dituntut untuk membantu mengembangkan sarana prasarana keagamaan seperti pembangunan masjid dan pembangunan TPQ, tentu masyarakat terbebani. Dalam mengatasi problem masyarakat tersebut, seorang da’I tidak hanya memberikan ceramah atau nasihat saja, melainkan perlu berpikir keras bagaimana mengatasi problem ekonomi umat. Da’I perlu manganalisis kekuatan – kekuatan yang dimiliki oleh masyarakat tersebut, terutama dalam menggerakan roda ekonomi masyarakat. Jika sumber daya alam yang dimiliki masyarakat memungkinkan untuk dikembangkan, maka da’I dapat memanfaatkan sumber daya alam sebagai factor penggerak kebangkitan ekonomi masyarakat. Tetapi jika sumber daya alam tidak memungkinkan untuk digerakkan, maka mau tidak mau harus memanfaatkan sumber daya manusia yang ada sebagai faktor penggerak ekonomi masyarakat. Pada konteks seperti itulah seorang da’I dituntut untuk terus memanfaatkan kemampuan berpikirnya dalam mengembangkan peluang – peluang ekonomi rakyat yang ada di desa terpencil tersebut.
Selanjutnya, dai juga dituntut untuk memiliki kontribusi dalam pengembangan keilmuan dakwah. Pada konteks ini, da’I perlu mengerahkan kemampuan berpikirnya untuk mengembangkan berbagai teori yang dibutuhkan dalam dakwah. Dalam merumuskan teori dakwah diperlukan filsafat serbagai alat untuk menganalisis dan mengkritisi berbagai persoalan, konsep atau gagasan yang melatarbelakangi munculnya teori teori dakwah.
Dengan demikian, manfaat filsafat amat besar dalam proses pengembangan kemampuan da’I dalam mengembangkan aktivitas dakwah, pemecahan masalah – masalah dakwah dan kemasyarakatan, serta pengembangan keilmuan dakwah.
(FIlsafat Dakwah; Dr. Abdul Basit, M.Ag.)


Related Posts:

0 Response to "Manfaat Filsafat dalam Pengembangan Dakwah"

Post a Comment