
Dalam kasus lain
mengenai lika-liku Pemerintahan Jokowi, tentang KPK dan lembaga Kepolisian.
Jokowi seperti diuji kestabilan pemerintahnya. Seperti menaruh barang diatas
lemari, kursi yang dipijakinya digoyang-goyang, sehingga tidak stabil dan akan
mencari pegangan. Meski keseimbangan pemerintahan kuat jika gerakan yang
menganggu semakin besar maka ia akan tetap goyah juga. Begitupun dalam
pengambilan kebijakan-kebijakan di pemerintahannya itu.
Ada beberapa pengaruh
yang mempengaruhi penetapan kebijakan pemerintahan baik dari internal partai maupun
eksternal. Kita tidak tahu seberapa besar pengaruhnya, namun pasti ada. Jika
kebijakan itu tidak dilaksanakan secara komprehensif maka bukan tidak mungkin
akan memberi dampak yang negatif bagi rakyat kecil. Maka diperlukan antisipasi
agar kebijakan tersebut berjalan dengan semestinya dan tidak merugikan satu
pihak tertentu.
Pemerintahan jokowi
terkait sebagai pembuat kebijakan bisa dikatan tegas namun juga tidak. Jika
kita melihat beberapa kasus yang santer di media massa akhir-akhir ini, terkait
eksekusi mati Bali Nine. Keteguhan pemerintah
untuk tetap melakukan eksekusi mati kasus ini dinilai sebagai sebuah pencitraan
tentang ketegasan seorang kepala negara, meskipun memang banyak ditentang oleh
berbagai negara seperti Prancis dan Australia. Dengan dalih untuk menegakkan
hukum dinegri ini, pemerintah seolah menunjukkan ketegasannya dalam menjalankan
kebijakannya.
Di kasus lain juga,
pemerintah ini masih belum bisa menguatkan nilai tukar rupiah. Kestabilan nilai
tukar rupiah sempat turun pad beberapa waktu lalu. Terlepas faktor penyebab
penurunan ini, pemerintah seolah membiarkan dan tidak ada transparasi yang
jelas untuk segera mngambil tindakan.
Dalam petikan terakhir
wawancara dengan dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi ini, beliau menambahkan
dalam menghadapi MEA menurutnya keluarga menjadi sumber daya penyiapan untuk
membentuk pribadi. Melalui lembaga keluarga ini diharapkan mampu membentuk
masyarakat yang mampu berekonomi dengan baik. Kompetensi dan kompetisi adalah
sesuatu yang tidak bisa kita hindarkan dalam menghadapi MEA. Etika berekonomi,
etika berkomunikasi selalu kita jaga untuk menghadapi serangan nilai-nilai
kapitalis yang tentunya akan kita hadapi dalam MEA ini. “dalam waktu dekat ini
akan segera diadakan seminar tentang kekuatan keluarga sebagai lembaga untuk
menghadapi MEA” tambahnya.
Dari paparan wawancara
dengan beliau tersebut dapat disimpulkan bahwa kebijakan pemerintah merupakan
retorika yang belum kunjung terealisasikan. Sampai kapanpun kita sebagai rakyat
akan terus menunggu dan menunggu realita
atas retorika kebijakan yang sering digemabor-gemborkan. Namun kepercayaan
rakyat akan semakin luntur manakala sampai saat ini pemerintah belum bisa
menjaga stabilitas ekonomi, politik, dan berbagai sektor penting lainnya.