Dakwah Sebagai Fenomena Sosial


Sebagian besar umat Islam dihiasi dengan kegiatan – kegiatan dakwah. Setelah bangun tidur dan melaksanakan sholat shubuh, umat Islam sudah disuguhkan melalui layar televisi berbagai pengajian atau dialog keagamaan. Kemudian dipertontonkan drama seri atau sinetron keagamaan yang mengisahkan tentang kehidupan umat yang berakhir dengan kebaikan atau kajahatan. Bahkan, dalam waktu – waktu tertentu, televise mengadakan acara pengajian atau kegiatan dakwah secara live (langsung) dari tempat kegiatan berlangsung.
Bagi masyarakat yang tidak memiliki waktu untuk menonton televisi, mereka pun dapat menikmati kegiatan dakwah melalui bacaan – bacaan yang ada di surat kabar, majalah, buku atau internet yang dapat di akses di kantor – kantor, rumah – rumah, atau cafe – cafe yang tumbuh menjamur di berbagai kota dan pinggiran kota.
Sementara pada masyarakat pedesaan dan sebagian masyarakat perkotaan, kegiatan dakwah begitu intensif dilakukan. Ada kegiatan majelis ta’lim, kultum ba’da sholat rawatib, kegiatan yasinan, barjanzi, peringatan hari besar Islam, tahlilan, aqiqah, pernikahan, walimatussafar, halaqah, seminar, diskusi, bedah buku, bazaar, silaturahim, dan bahkan pertemuan warga. Semua kegiatan  - kegiatan tersebut tidak terlepas dari kegiatan siraman rohani yang mengajak kepada kebenaran.
Demikian juga aktivitas dakwah menyentuh pada wilayah – wilayah yang amat privat dan pada masyarakat yang perlu penanganan secara khusus, seperti kegiatan pembinaan yang ada di lembaga pemasyarakatan, konseling bagi pasien yang ada di rumah sakit, pendampingan dan pembinaan pada orang tua atau panti jompo, rehabilitasi pada remaja, atau orang yang terkena narkotika dan obat – obatan, pendampingan masyarakat miskin dan anak jalanan, pembinaan terhadap anak – anak nakal dan berbagai kegiatan dakwah lainnya.
Kegiatan – kegiatan dakwah seperti yang di sebutkan diatas bukan semata kegiatan yang bersifat transfer pengetahuan saja, di dalamnya muncul berbagai fenomena sosial yang dapat diteliti dan dijadikan sebagai bahan kajian dalam pengembangan keilmuan dakwah. Sekedar contoh, ada beberapa kajian dakwah yang dapat dilakukan melalui kajian ilmu bantu. Dari perspektif psikologi, aktivitas dakwah yang ada dimasyarakat dapat dikaji dari sisi motivasi, persepsi, kepribadian, perilaku, ideology, orientasi, dan sebagainya. Dari perspektif sosiologi, aktivitas dakwah dapat dikaji dari sisi interaksi social, kecenderungan ideologis, konflik, kolektivitas, budaya masyarakat, fungsi agama, dan sebagainya. Kemudian dari perspektif komunikasi, aktivitas dakwah dapat dikaji dari sisi pola komunikasi, pesan yang disampaikan, komunikasi non – verbal, komunikasi kelompok, komunikasi antarindividu, komunikasi antarbudaya, dan sebagainya.
Kajian – kajian tersebut penting untuk mencegah timbulnya gerakan – gerakan dakwah yang menyimpang dari nilai – nilai Islam, seperti muncul aliran sesat yang dipimpin oleh Ahmad Musaddeq yang notabene para pengikutnya sebagian besar adalah para remaja. Analisis yang menarik dari pemerhati masalah sosial keagamaan yakni salah satu faktor penyebab munculnya aliran sesat tersebut dikarenakan lemahnya dakwah dikalangan remaja. Selain itu, adanya kekerasan – kekerasan yang mengatasnamakan agama yang dilakukan sebagian dari organisasi dakwah yang ada di Indonesia dan terjadinya konflik antar umat beragama atau intern umat beragama merupakan sebagian dari disorientasi aktivitas dakwah dan lemahnya kajian- kajian dakwah dikalangan umat Islam. Mereka kurang memahami tujuan dan fungsi dakwah yang sesungguhnya yakni mengajak kepada kebenaran dan membawa umat dalam suasana yang damai dan sejahtera.
Selanjutnya, kegiatan dakwah yang banyak menyedot waktu dan perhatian umat Islam tersebut, jangan dibiarkan berjalan apa adanya, tanpa ada desain yang teratur dan sistematis. Akan lebih bagus manakala para da’I ketika mau melakukan dakwah terlebih dahulu melakukan riset. Hasil riset kemudian ditindaklanjuti dengan kegiatan dakwah. Dengan demikian, kegiatan dakwah dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat.
Jika kegiatan penelitian sulit untuk dilakukan, sudah seharusnya para ilmuwan yang memiliki kompetensi di bidang dakwah untuk terus berupaya mengembangkan ilmu dakwah melalui riset – riset tentang aktivitas dakwah. Kegiatan dakwah yang dilakukan oleh masyarakat harus diposisikan sebagai fenomena sosial yang dapat dijadikan sebagai lahan riset untuk pengembangan aktivitas dan keilmuan dakwah. Kita tidak perlu terus berwacana dan meratapi bahwa dakwah belum menjadi ilmu. Hal terpenting yang mesti dilakukan adalah melakukan penelitian dan publikasi secara intensif, sistematis dan sustainable, insya Allah dakwah menjadi ilmu yang mandiri.
(FIlsafat Dakwah; Dr. Abdul Basit, M.Ag.) 

Related Posts:

0 Response to "Dakwah Sebagai Fenomena Sosial"

Post a Comment